Minggu, 16 Oktober 2011

pengumumaaaann!!!

hoyyy... hoyyyy.. haloo, my dearest reader ❤ kali ini ai berencana buat komik version rabbit chapter pertama.. doain moga lancar dan bisa di publish di mari yakkk?!? :3 tolong klo ada masukan ato saran buat kelangungan habitat [chieiilee~ habitat ==''a ] blog ini.. silakeun, di utarakan sajaa.. demi kemajuan blog ini.. segala bentuk kritik, komen di terima.. nuwunn.. ❤ ❤ _sekian_

diary #1

Diary #1 Date : 18th july 2010 This is the first time I make my story for here! My life’s sometimes isn’t simple but I’m sure that is also simple.. Now, I has a student for vocational high school of animation related to film product. This year I have a 2nd grades at there. At first before the school has begin, I’m so nervous to met all of my classmate friends. Then, that is not work’in. I’m so happy when I should to adaptation again since we met at last class at 1st grades. That’s awesome! It’s so fast when I can adaptation not like as a times ago. Although, the beginning for all of them it’s so different.. I think.. but. Not that’s the time! my school start at 12th july, and there are my first kiss at the 2nd grade with my lovely”usagi-kun” RITSU.. he was kissed me, on my forehead,lips, and.. I don’t know how I must tell it one by-one.. *blush’in and looked down*.. (kyaaaaaa..) >o< what the fact! I was cried on his besides, then he have to kiss me when my tears is still falls down. My mind so high, the shadows of the rainbow like as above my head with the air so smooth and gently. His lips wet and I saw if he’s fight to make me enjoyed with him. He’s tell me some joke, where it was make me fell better. He always fight to make me smiling again. Then that’s always succesfull with his joke,stories, and most of them is suggestion. I always open my heart gate for him, and perhaps only him. #lol

Selasa, 26 Juli 2011

~ kimi no yume~ [lyrics]

起こる最も悲しい事
さよならを言うとき叫んだこと時間はあった


私は単語がまだちょうど私の背部を回されてとばす記憶衰退しないのでそれを言うことができなかったし、


私がもう一度会うことができれば
私はその当時と私の感じを見分けたいと思う
孤独夜がある場合もあってもいかにあなたの夢を確かに来る本当あきらめてはいけない


あなたの熟視は遠方に見た常にようである
私は私が保護したいと思ったことに感じた


私達が互いを傷つけること日はとてもIにようである
覚えなさい多くを私が私達が互いを信じた事実ことを決して忘れていない、私の破損停止しない
私はまだ叫ぶことの後で会いたいと思う


私がもう一度会うことができれば
私はその当時と私の感じを見分けたいと思う
孤独夜がある場合もあってもいかにあなたの夢を確かに来る本当あきらめてはいけない


english




the saddest thing ever to happen
was the time that you cried when saying good bye


I could not say it as words and just turned my back
the bypassing memory still does not fade


if I can see you one more time
I want to tell you my feelings from back then
no matter how lonely a night can be, do not give up
your dream will surely come true


your gaze always seemed to look far away
I felt that I wanted to protect you


even the days that we hurt each other seem precious
I will never forget the fact that we believed in each other
the more I remember, my tears will not stop
I still want to see you after crying


if I can see you one more time
I want to tell you my feelings from back then
no matter how lonely a night can be, do not give up
your dream will surely come true

synopsist of two rabbits life's [promote debut]

Story Title : rabbit [the truth fact]
Author : Airie Hoshino 〚あいりえ〛
Pairings artist: white rabitXblack rabbit

Genre : Romance, Daily Life activity
Chapter : -0- (begining rabbit debut)
Rating : *****
Disclaimer : This story is originaly made in me. Actually, this is a my old fiction story. So~ please DON’T rabbing unless if u’re not have my permit! There, u can follow and givin’ me a comment, suggestion, some Que and whatever u may for my next better story. Sankyuu before ^^
Author prologue: I have this a story idea when i was saw my rabbit strap at my cellphones
yea, hope u’ll be enjoyin’ this and givin’ a rate for this (un)important story..
Let’s check this out, reader! :D


intermezzo : ~~ mungkin, khdpn ai cdikit mirip sprti seekor kelinci putih kecil bersyal merah yg menyedihkan..

***********************************************************************

Ketika itu hiduplaa, seekor kelinci putih bersyal merah dan pasangannya seekor kelinci hitam bersyal biru. Mereka hidup d sebuah gubuk permai d pinggir danau hutan..
Pada, suatu hari terjadi persilangan pendapat dan menyebabkan sang kelinci hitam bersyal biru memutuskan untuk pergi..
Sang kelinci putih tdk bisa berbuat apapun.. Sepanjang malam, sepanjang hari ia hny menangis.. Sampai suatu ktika ia membuka lemari makanan dan melihat sebuah apel segar milik si kelinci hitam.. Muncul fikiran d benak kelinci putih bahwa ia harus mencari sang kelinci hitam krn, sudah hampir 7 hari ia tdk pulang ke rumah. Hal bodoh yg d lakukan untuk menyusul sang hitam. Smua karena, si putih khawatir akan keadaan si hitam.. Si kelinci putih sangat mencintai pasangannya itu. Ia tdk tahu kmna arah sang hitam pergi. Akhir'na ia nekat sendirian berjalan k sebuah hutan berbekal sebuah apel merah milik kelinci hitam bersyal biru. Satu-satunya tujuan yg ada d fikirannya adalah menuju hutan seram yg sebelumnya tak pernah ia kunjungi. Tp, ia tak peduli. Ia tetap besemangat menelusuri. Iapun menuju sang hutan yg seram tsb. ia mulai mencari, tapi ia tak kunjung menemukan.. Sudah lama, ia berjalan, dan ia tak tahu harus berbuat apa lagi,sampai ia harus terbaring lelah.. ia tidak menyadari dgn bahaya besar yg ad d hutan itu.. sang hutan memanglah kejam.. ia mengutus seekor iblis serigala untuk mengacaunya.. saat itu semua terlambat..
Sang kelinci hitam bersyal biru datang. Ia melihat sang putih sudah tertidur pulas beselimut merah. Di genggamnya apel yg ad d tangan si putih untuknya. Ia menyadari kesalahannya,ia menyesal. Ia menangis tidak bisa melihat lagi tawa si putih yg mencerahkan hatinya. Ia sungguh hancur. Si hitam menangis memeluk si kelinci putih bersyal merah yg sudah tertidur untuk selamanya.. Tp, satu hal yg membuat hati si hitam sangat bersalah adalah wajah lelap si putih tersenyum ke arahnya dgn apel bersuratkan nama yg d tujukan kepadanya dgn penuh cinta,kasih, dan pengorbanan jiwanya hny untuk si hitam.. #end synopsis#

Selasa, 19 Juli 2011

a song by my ritsu-kun

Angin..
Yang berhembus lembut..
Membelai setiap helai rambutku..
Memberi ketenangan di hatiku..
Langit..
Begitu menghanyutkan
Begitu teneng di atas sana.
Begitu jauh, tak tersentuh..
Kulihat pelangi disana..
Penuh warna..
Begitu indah..
Kugoreskan kuas ke sebuah kanvas..
Kulukiskan impi-mimpiku..
Aku hanya seorang pemimpi.
Yang berharap dapat menggapai langit..
Berharap berjumpa seseorang disana.
Seseorang yang akan menerima keberadaanku..










Wind..
That blows gently..
Stroked every strand of hair
Giving peace in my heart
Sky..
once the sweep over
So peaceful up there.
So far untouched..
I see the rainbow in there..
Full of colours..
So beautiful..
I scratched a paintbrush to a canvas
I describe my dreams..
I’m just a dreamer.
Who hope to reach the sky
Hoping to meet someone there..
Someone who will accept my existence…

Selasa, 28 Juni 2011

Ai's Poem

Menatap langit dengan cahaya lembut yang menyelimutinya..
Warna biru yang teduh..
Menggambarkan suasana kesejukkan dan ketenangan yang abadi..
Andai aku bisa mendapatkannya..
I wanna to reach all of them..
The happiness.. and loveness..
Not the sadness and madness..
I am only can hopeless..
Wishes if I could have everything..
I saw the future sky..
Hearing it is to loud.. then the future is so brightness..
I would be to be in there..
With all my friends and all my sweetheart..
Together.. can make cleared all of trouble and problems..
Aku yakin..
Bersamamu.. bergandengan tangan..
Dengan erat dan percaya, kita melangkah..
Aku ingin mencapainya.. dengan penuh tekad..
Aku yakin bisa..
I am a not wisher.. I am a fighter..
I also want to fight.. together.. with you…
Within’ the angel take me..
Always with you..

rabbit

Story Title : rabbit life story
Author : Airie Hoshino 〚あいりえ〛
Pairings artist: RitsuXAi
Introduce:
~~Ritsuka kazama as Ritsu-kun
~~Airie hoshino as Ai-chan
Genre : Romance, Daily Life activity, a bit of comedy,many more u can find it on this story. Enjoy, please!^^
Chapter : 1/7
Rating : *****
Disclaimer : story ini di buat berdasarkan hasil imagine saia dan cerita ini adalah sepenuhnya hak cipta berada di tangan saia. This story is originaly made in me. Actually, this is a my old fiction story,(although, ada sebagian cerita berdasarkan pengalaman nyata saia sbg sang author :p ). So~ please DON’T rabbing unless if u’re not have my permit! There, u can follow and givin’ me a comment, suggestion, some Que and whatever u may for my next better story. Sankyuu before ^^
Author prologue: I have this a story idea when I was listened a song “FLY ME TO THE MOON, LOVELY DAY, EYES ON ME, WITHOUT WORDS, CAN YOU HEAR ME?, STILL AS EVER, NOTHIN’ GONNA CHANGE MY LOVE FOR U, and I PROMISE U” lol.. ahahaha..
yea, hope u’ll be enjoyin’ this and givin’ a rate for this (un)important story..
Let’s check this out, reader! :D




chapter 1 : under the rains...

I'm watching, riding the heavy rain
Your voice disappears into the sound of the rain
I looked at the sky that seemed to be crying
Seeming to be crying, you closed your eyes
How long will I be waiting?
A silver raindrop falls between the two of us

888888888888888888888888888888888888888888888888

Langit tampak mendung, angin bertiup tak ramah dan menggamburkan daun-daun kering yang tergeletak di tanah. Aku meraba sebuah kaca tipis dan ku hembuskan nafasku yang sesal. Aku duduk di pinggiran jendela di kamar. Lembaran kain gordeyn jendela berterbangan ke arahku terasa lembut beraturan menyentuh pipiku. Aku menatap lurus kedepan dan kemudian melongohkan wajahku ke arah langit yang mulai menggelap. Aku masih mengenakan sehelai pakaian tidur berwarna putih tipis dan mukaku pun masih pucat pasi. Memang kemarin aku sakit, tapi aku sudah terbiasa. Lagi pula, tidak ada yang peduli padaku. Aku hanya tinggal seorang diri di sebuah apartement mewah yang di tinggalkan oleh orang tuaku sebelum mereka pergi dengan kehidupan mereka. Aku menatap layar ponselku. Ku lihat beberapa sms menumpuk tapi aku malas untuk menjawab ataupun mempedulikannya. Aku bangkit dan duduk di sebuah kaca besar lalu, kurapikan rambutku. Aku berjalan menuruni tangga dan mengambil segelas anggur merah dari botol yang sudah tersedia di meja. Aku berjalan ke ruang depan dan kulihat serangkai bunga crissan putih kesukaan ibuku dalam vas putih segar , kini nampak layu tak terawat. Aku kembali masuk dalam kamarku. Aku menutup gordeyn dan ku tutup mukaku dengan bantal. Air mataku mulai mengalir. Entah mengapa aku mulai menangis. Dadaku sesak. Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
Tiba-tiba ponselku bergetar, tertera sebuah nama di layar. Saat ini aku sedang tidak ingin berbicara pada siapapun. Sudah 5 kali ponselku berdering tetapi aku tetap saja tidak mempedulikannya. Sampai 12 kali panggilan tak terjawab dan sampai pada akhirnya 3 buah e-mail masuk di ponselku. Tanganku tergerak penasaran. Segera saja ku sambar ponselku itu, dan kubaca satu persatu pesan yang di kirimkan ke nomerku secara runtut. Kata demi kata yang membentuk sebuah kalimat singkat. Sepertinya sang pengirim sedang khawatir terhadapku. Hal itu ku sadari dari kalimat-kalimat canggung yang tersusun di dalam pesan e-mail tersebut. Tiba-tiba bel berbunyi, mungkin ada tamu pikirku. Kulihat cermin untuk memastikan penampilanku tidak berantakan. Aku berjalan menuju pintu depan sambil merapikan rambutku.
Aku membuka pintu. Kulihat seseorang dengan postur tubuh tinggi tegap dan wajah yang tampak khawatir. Kak ritsu rupanya. Dia adalah pacarku. Dari raut wajahnya yang cemas, pucat dan berkeringat. Yea, mungkin dia menuju kemari dengan terburu-buru karena jelas terlihat dari nafasnya yang tersengal.
“Ai? Apa kamu baik-baik saja?! Aku sangat khawatir dengan kondisimu. Aku sudah meneleponmu berkali-kali tapi hanya pesan mailbox yang kudengar. Untuk itulah aku datang kemari.” katanya dengan nada suara yang agak bergetar.
“Ai, mukamu pucat. Apa kau sakit? Kau demam. “ tangan besarnya seketika meraba keningku.
“Ai, kenapa kau tidak member itahuku kalau kau sakit? Tanganmu sangat dingin.” Ia menggengam tanganku erat, kemudian memelukku dalam dekapannya. Aku diam dengan setetes air mata yang meleleh di pipiku.
Aku masih terdiam memandanginya tanpa sepatah katapun yang keluar dari tenggorokanku. Aku ingin sekali berbicara, tapi aku tidak bisa. Rasanya ada sesuatu benda yang menyumbat pita suaraku. Setelah itu, Ia membopohku masuk dan kamipun duduk di sofa ruang tengah. Aku menyandarkan kepalaku di kursi. Dia segera masuk kedapur untuk mengambil segelas air minum dan es untuk mengompresku.
Aku masih duduk di sofa menunggunya. Tak lama kemudian ia datang. Sebaskom es dengan handuk kecil basah berwarna biru muda dan secangkir susu hangat kesukaanku ia bawakan untukku. Kak Ritsu duduk tepat di sampingku. Handuk basahnya ia letakkan di atas dahiku, dan badanku di rebahkan ke pangkuannya. Aku memejamkan mata. Tak terasa air mataku kembali turun.
“kakak... maafkan ai ya..”akhirnya suaraku berhasil keluar walau sangat pelan.
“sudahlah,ai.. bukan salahmu. Kau hanya kacau hari ini. Kau sedang sakit. Sudah istirahat saja. Nanti aku akan menelepon tempat kerjamu untuk meminta ijin.”
“ta, tapii... kak....”
“sudah ai, tidak apa-apa. Kau sudah terlalu sering memaksakan dirimu. Aku tidak akan membiarkanmu tersiksa karena kau terlalu sering memforsir tubuhmu.” Katanya sambil mengelus kepalaku perlahan.
Aku terdiam membisu. Kepalaku sangat sakit. Rasanya benda di sekelilingku berputar. Aneh. Tetapi entah kenapa, rasanya kali ini benar-benar berbeda. Atmosfer di sekelilingku berubah menjadi tenang. Aku tidak lagi merasakan kegelisahan. Aku akhirnya tertidur di pangkuan kak ritsu. Ia masih terus merawatku. Kurasakan belaian tangan hangatnya menyentuh wajahku perlahan. Air dingin dari es membuat tubuhku gemetar. Kemudian ritsu menarik selimutku sampai dagu. Aku tahu dia sangat menyayangiku.
Jam demi jam berlalu. Aku masih terlelap. Sekilas aku merasakan sesuatu yang sangat lembut. Manis dan basah. Ia menciumku rupanya. Mataku terbuka sedikit walau masih terkantuk. Wajahku memerah bata. Aku terbangun dan bangkit dari pangkuanya. Aku kaget. Akupun bergegas pergi meninggalkannya. Aku berjalan terhuyung-huyung tanpa arah. Kurasa aku masih linglung. Aku berjalan menuju anak tangga. Tetapi, tiba-tiba semua menjadi gelap. Tanpa sadar aku telah terjatuh.
Aku tidak bisa melihat apapun di sini. Aku hanya bisa mendengar suara-suara yang samar.suara teriakan, teriakan yang panik. Tubuhku seperti diguncang dan di hempas ke suatu benda yang sangat tajam. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya aku semakin terhanyut oleh suasana yang asing dan gelap ini. Aku tenggelam ke dasar kegelapan tak berujung.
Di dalam bawah sadarku, aku melihat suatu cahaya yang sangat terang. Entah mengapa, kakiku langsung tertarik maju kearah cahaya itu. Aku tidak bisa menahan atmosfer dan kekuatan kakiku yang terus melangkah ke arah lubang misterius itu.
Saat terakhir aku melangkahkan kaki. Tiba-tiba tanganku ditarik untuk segera keluar dari tempat itu. Aku sempat melihat orang yang sanggup menyelamatkanku itu. Ia mengenakan jas toxedo warna putih yang terlihat sangat rapi dan mewah. Senyumannya tak akan pernah ku lupakan. Ia adalah orang yang sangat berharga di hatiku.
Kak RITSUU....

88888888888888888888888888888888888888888888888888888888

Aku terbangun dari tidurku. Mataku perlahan terbuka dan mulai memperhatikan kondisi sekitar. Aku masih belum bisa berfikir karena kepalaku rasanya sangat sakit. Aku mulai mencermati lingkungan ini. Tembok-tembok tinggi bercatkan warna abu-abu dan biru pucat menghiasi setiap sudut ruangan dengan ukuran 4x4 m tersebut. Sekilas tercium aroma obat dan desinfectan yang tersebar dimana-mana.
Tangan kiri ku angkat. Sebuah selang panjang berjarum menusuk kulitku. Aku juga meraba perih di keningku yang sepertinya di perban karena efek jatuh dari tangga. Kemudian, Aku menolehkan kepalaku kearah kanan. Seseorang sudah menemaniku di saat aku tidak sadar tadi.
Kakak..
‘apakah ia menemaniku sedari tadi?’ batinku.
Aku mengamati wajahnya seksama dan detail.
Wajahnya begitu nampak pucat bercampur lelah, khawatir dan cemas. Tetap ia setia menungguku sampai aku terbangun kini.
“dasar bodoh! pasti kau sangat lelah dan cemas padaku.”
Aku mengusap kepalanya. Aku membelai rambutnya yang halus,tebal dan lembut. Aroma shampoo yang ia kenakan tercium khas olehku. Aku tersenyum simpul.
“hey, bodoh! Kenapa kau menemaniku sampai larut begini? Kau khan capek. Lihatlah kau tidur sangat nyenyak. Dasarr.. anak aneh..“ gerutuku.
Wajahnya begitu polos, cerah, dan terasa damai ketika tidur.
Aku tertawa kecil. Lalu, kembali mengusap kepalanya. Sejak aku tidak sadarkan diri, dia terus memegang tangan kananku erat.
Aku mencoba untuk sedikit bangkit, walaupun tubuhku terasa sangat berat dan lemas. Aku dengan nakal mencium keningnya.
Tiba-tiba Ia tersentak bangun.
“ai???!!!!”
“kau sudah sadar? Syukurlah.. aku sangat mengkhawatirkanmu..”
“aku tidak apa.” Jawabku dengan sebuah simpul senyum kecil sebagai isyarat menandakan aku dalam keadaan baik kepadanya.
“kau ituu ai!! Selalu saja tidak mau membuat orang lain repot. Kenapa kau tidak menceritakan tentang kondisimu yang sebenarnya jauh hari?” pandangannya menatap tajam penuh ingin tahu. Ia Nampak ingin mendengar jawabku.
“maaf. Aku tidak bisa bercerita hal yang sebenarnya padamu. Aku tidak mau kau ikut menanggung dan merasakan penderitaanku.”aku berpaling. Rasanya aku sangat merasa bersalah untuk menatapnya. Gara-gara aku, dia jadi memikirkanku sampai seperti ini.
“justru kalau kau bercerita hal yang sebenarnya, aku jadi...............….” Kata-kata kak ritsu tiba-tiba terhenti.
“jadi?” aku menatapnya penasaran ingin tahu kata selanjutnya.
“aku jadi bisa menolongmu dan tidak melihatmu menderita seperti ini ai! A..aku sakit melihatmu begini! Aku tidak mau kehilanganmu! A..a..akuu…...........”
aku meletakkan tanganku di bibirnya, sebuah simpul senyum kuukir untuknya.
“kakak, sudahlah.. kakak tidak perlu menyalahkan diri kakak sendiri. Maafkanlah ai,kak. A,ai berjanji akan selalu di samping kakak. Selamanya... ”
Aku melihat kak ritsu menangis. Air matanya jatuh tepat di atas tanganku yang terus ia genggam sedari tadi. Tanganku yang satu mengusap kepalanya. Ia memelukku dan kubalas. Suasana kamar nomor 243 di sebuah rumah sakit di kota Osaka kala itu begitu sunyi. Hanya terlihat kibasan gordeyn tipis dan vas di sudut bingkai jendela yang berisi bunga daffodile putih yang menyegarkan ruangan kala itu. Semuanya seolah terdiam…

88888888888888888888888888888888888888888888888

Pagi itu, aku terbangun. Seorang perawat datang dengan mendorong sebuah trolley berisi obat-obatan dan alat pengukur tensi serta seorang dokter di sampingnya. Sudah 16 hari aku dirawat di rumah sakit ini. Seusai pemeriksaan dan melakukan prosedur-prosedur yang harus di jalankan pasien rawat inap. Aku mendengar derap langkah seseorang datang.
“maaf, aku terlambat ya?”katanya dengan napas separuh tersengal.
Rupanya kak ritsu yang datang dengan membawa tas belanja besar berisi makanan dan buah. Ia tampak tersengal karena berlari. Ia selalu datang tepat waktu dan tidak pernah mengecewakanku.
“ai! lihat apa ini yang ku bawa?ayo tebak?” kak ritsu tampak sibuk membuka tas ransel besarnya dan tersenyum jahil.
“ wahh, terima kasih” kataku senang. Kak ritsu sangat mengerti apa yang aku sukai. Dia membawakanku sebuah boneka beruang besar dari tasnya dan sebuah lolly choco candy.mataku berbinar melihat benda pemberian kakak itu.
“hmm, sayang.. boleh ai Tanya sesuatu?” pintaku.
“tentu saja. Ada apa, ai?” tanyanya menyambi duduk di kursi sebelah tempat tidurku, kemudian ia menggengam tanganku sambil tersenyum.
“kak, berapa lama ai harus di tempat ini? Apa yang terjadi pada ai? Tolong ceritalah..”
Ia terdiam. Mukanya memucat dan iapun melepaskan genggaman tangannya dariku. Tersirat kesedihan di wajahnya, jelas.
“kak, apa yang..? ada apa sebenarnya?” tanyaku.
“ai.. akuu…. “
“apa? Apa? Ai tidak mengerti? Kakak kumohon ceritakanlah..” aku menatapnya dengan pandangan penuh harap.
“ai.. maafkan aku.. aku tidak bisa.. memberitahumu..” ia memalingkan wajahnya dariku.
Aku menundukkan wajahku sedih, memang aku kecewa mendengarnya. Tapi, aku berusaha mengerti posisinya. Ia pasti menginginkan yang terbaik bagiku. Aku membentuk sedikit simpul senyum yang agak terpaksa untuk menenangkan kak ritsu.
“tidak apa, kak. Ai mengerti kok..” jawabku.
“ai, tadi dokter memberi tahu kabar gembira. Jika keadaanmu terus mengalami kemajuan lusa kau boleh pulang.”
“ya” jawabku.
KLEEKK!!!! KRIEETTT…
Terdengar seseorang akan memasuki kamarku.
“sumimasen… ojama shimasu! Apa benar ini kamar no 243?”
“aaa… tomoyo! Wah, silahkan masuk! “ sahutku.
“hey! Ai-chan.. bagaimana keadaanmu? Apa kau merasa lebih baik?” Tanya tomoyo basa-basi sambil menaruh sebuah parsel buah di meja sebelah kananku.
“yahh, lusa aku sudah di perbolehkan pulang.”
“fiuh~, syukurlah,ai..” sahut tomoyo tersenyum menghela nafas.
Kemudian pandangan tomoyo tertuju pada kak ritsu yang kehadirannya masih terasa asing baginya.
“ahh, oh, iya.. kenalkan, tomoyo ini ritsu kazama, ritsu ini tomoyo akaneina.. “ kataku
“salam kenal, mohon bamtuannya ya..” keduanya saling bersahutan dan memberi salam.
“ahh, ai-chan. Maaf ya. Aku tidak bisa terlalu lama disini. Aku ada janji dengan seseorang.” Kata tomoyo setelah melihat jam arloji tangan mungil casionya dengan terburu-buru.
“baiklah, silahkan. Terima kasih banyak ya atas kunjungan dan bingkisanya.” Ucapku basa-basi.
“sama-sama, ai. Kudoakan kau lekas sembuh ya.. aku pamit dulu.. sampai jumpa.. dagh~” kata tomoyo sambil mengucap salam berpisah dan cipika-cipiki padaku. Sesaat sebelum ia pergi, aku sempat melihatnya membisikkan suatu hal pada kak ritsu dan kemudian ia merapikan penampilannya dan berpamitan denganku.
tak lama setelah tomoyo tak menunjukan aura kehadirannya. Rasaku yang mulai penasaran mendorongku untuk menanyakannya pada Ritsu.
“kakak… boleh ai bertanya?”
“tentu, ada apa sayang?”
“uhmm.. apa ai boleh tahu apa yang menjadi pembicaraan kalian berdua tadi? Ai penasaran. Kalian tadi tampak membicarakan sesuatu hal yang serius.”
Ahahahahaa~
Tawa kak ritsu meledak dan akupun menunjukkan ekspresi kebinggungan .
“hmm.. tidak apa-apa kok,sayang. Tomoyo hanya mengatakan kalau kau bertambah gendut dari yang sebelumnya.” Ucapnya sambil tertawa cekikikan mengejek, lalu ia membelai kepalaku halus.
“ahhhh.. dasar bodoh! Kakak menyebalkan! huh!” gerutuku layaknya anak TK yang sedang kesal.
Ahahahahahahahahaaaa~
Tawa ritsu semakin kencang dan membahana di seluruh ruangan kamar sampai ketika ada seorang perawat yang kebetulan lewat dan menasehati ritsu karena ia terlalu berisik. Ritsu hanya tertunduk malu dengan muka yang merah seperti buah stroberri. Sedangkan aku, tertawa cekikikan mengamati polahnya yang semakin salah tingkah.


chapter 2: inside..

Thursday, january 25
At 05.00 a.m.
International Hospital, Osaka.

Pukul 05.00, aku sudah terbangun dgn pakaian yang sudah kukemas rapi untuk bersiap pulang. Kak ritsu akan datang sebentar lagi. Akupun duduk di samping jendela kamar sembari menikmati pemandangan matahari terbit di ufuk timur. Warna rona merah, jingga orange dan soft blue bergradasi di iringi hembusan lembut yang mengalun perlahan membawa oksigen yang masuk begitu saja ke paru-paruku. Memang oksigen di pagi hari lebih bagus dari pada oksigen sintetis rumah sakit yang biasa kuhirup.
Tak lama, kak ritsu datang dan membantuku membawa koper berisi pakaian ke mobilnya. Rupanya sebelum ia kemari, ia harus menyelesaikan segala administrasi dan prosedur akhir sebelum keluar dari rumah sakit. Terlihat dari raut wajahnya yang nampak lelah.
Sampai di lobby rumah sakit, ia menyuruhku untuk duduk. sementara ia menggambil obat di apotek rumah sakit dan ia kembali lalu mengajakku masuk ke mobilnya.
“kak ritsu?”
“ya, ai…?” rabanya ke pipiku.
“hmm, aku.. “
“ai? Kau lapar? Mau makan sesuatu? Kita akan berhenti di café depan.”
“ee.. I,iya..”
Akhirnya, kami berhenti di sebuah café kecil yang terletak di ujung sebuah kawasan areal pertokoan yang tak begitu ramai. Kalan itu, hujan memang. Aku dan ritsu mengenakan sebuah payung besar berwarna kuning cerah. Hawanya begitu dingin, kurapatkan jaket sweaterku erat dan kurasakan bibirku bergertar mengigil dan kami mempercepat langkah agar kami tidak basah kuyup. Sesampainya di pinggir café, kak ritsupun mengatupkan payungnya dan membenarkan jampernya. Sementara, aku sibuk mengibaskan pinggiran rokku yang sedikit basah. Sebelum masuk, aku sempat melihat suasana café melalui etalase café. Rasanya di dalam sana tenang. Kamipun tak mau berlama-lama di luar dan segera masuk.
Sesampainya , di dalam suasana tenang dan hangat terasa. Seorang pelayan tua yang ramah menyambut kami dengan senyumnya membawa sebuah nampan perak kecil yang berisi menu dan dua buah handuk kecil kering untuk kami karena kami begitu basah. Kami duduk di deretan no 5 pinggir jendela. Dari situ kami dapat menjangkau pandangan kami ke seluruh ruangan dan juga dapat menikmati pemandangan di luar café yang kala itu sedang hujan. Alunan music jazz mengalun lembut membawa kami terhanyut dalam suasana yang begitu romantic. Pengunjung di sini tidak begitu padat, sehingga suasananya tampak lenggang. Biasanya setiap akhir pekan di ujung sana ada seorang pianist yang memainkan beberapa lagu instrumental terkenal.
“ai..” sapanya memulai percakapan.
“ya. Ada apa?”
“hmm, apa pendapatmu mengenai tempat ini?”
“tempat ini begitu simple, sederhana, hangat dan kurasa tempat ini menarik. Uhm, apa kau mau menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat favorit kita berdua?” ucapku.
“yea, itu ide yang bagus.” Sahutnya.
“hmm, kau ingin pesan apa?” tanyaku.
“aku ingin segelas coffeelatte panas saja. Kau, ai-chan?”
“aku ingin hot Chocolate. ” setelah selesai melihat menu, akupun melambaikan tanganku untuk memanggil pelayan tersebut.
“baiklah, tuan dan nona. Apa ada ingin anda pesan lagi? Kami punya beberapa menu refrensi makanan hangat untuk anda berdua yang sedang kedinginan.” Sapa ramah sang pelayan.
“apa saja menu yang di jadikan refrensi tersebut?” Tanya ritsu.
Sang pelayanpun kembali menyodorkan papan berisi menu dan mulai menunjuk menu-menu yang sekiranya cocok sebagai hidangan untuk kami. Ritsupun tak lupa memilihkanku satu menu yang sesuai dengan kondisiku yang habis sakit.
“baik, tuan dan nona. Harap menunggu hidangan sekitar 15 menit. Terima kasih sudah memesan menu yang kami tawarkan.“ sahut sang pelayan dengan senyumannya yang ramah, kemudian iapun berlalu. Kami kembali melanjutkan perbincangan kami berdua. Sampai tak terasa pesanan kami pun sudah datang. Tanpa pikir panjang kami segera menyantap hidangan hangat dan tampak lezat yang terhidang di depan kami. Aku merasakan sesuatu rasa yang berbeda, benar-benar berbeda dari cita rasa masakan restoran lain. Walaupun, aku sudah berkali-kali menikmati hidangan di berbagai restoran yang ada di kota. Tetapi, kali ini rasa yang tersaji di lidahku benar- benar unik dan surprise. Seakan-akan restoran ini mempunyai ciri khas cita rasa tersendiri bagi lidah pengunjung yang mencicipinya.
“hmm, sepertinya kita tidak salah memilih restoran ini sebagai tempat favorit kita.” Kataku.
"yea.. kau benar.. "gumam ritsu.
"hmm, apa kita bisa pulang sekarang?" tanyaku pada ritsu.
"tentu." sahutnya sambil tersenyum ringan padaku.
lalu, iapun segera meminta BON pada pelayan tersebut dan mengeluarkan credit cardnya untuk melakukan transaksi pembayaran.
aku berjalan menuju pintu sembari melihat ke arah etalase untuk memastikan hujan sudah reda di luar sana.
"hei, ai-chan. apa yang sedang kau lihat? wah, hujan nampaknya sudah berhenti. ayo, kita lekas pulang."
"ya. ayo kita pulang." ajakku riang melepas senyum kearahnya.
kamipun tak melepaskan lekatan tangan kami yang mendinggin dan berjalan hingga tiba tepat di samping pintu mobil.
Namun, beberapa saat sebelum masuk ke dalam mobil, kami sempat saling menadahkan kepala kami dan melihat betapa cerahnya langit yang di penuhi gugusan bintang yang indah membingkai langit kala itu.
****

Minggu, 16 Oktober 2011

pengumumaaaann!!!

hoyyy... hoyyyy.. haloo, my dearest reader ❤ kali ini ai berencana buat komik version rabbit chapter pertama.. doain moga lancar dan bisa di publish di mari yakkk?!? :3 tolong klo ada masukan ato saran buat kelangungan habitat [chieiilee~ habitat ==''a ] blog ini.. silakeun, di utarakan sajaa.. demi kemajuan blog ini.. segala bentuk kritik, komen di terima.. nuwunn.. ❤ ❤ _sekian_

diary #1

Diary #1 Date : 18th july 2010 This is the first time I make my story for here! My life’s sometimes isn’t simple but I’m sure that is also simple.. Now, I has a student for vocational high school of animation related to film product. This year I have a 2nd grades at there. At first before the school has begin, I’m so nervous to met all of my classmate friends. Then, that is not work’in. I’m so happy when I should to adaptation again since we met at last class at 1st grades. That’s awesome! It’s so fast when I can adaptation not like as a times ago. Although, the beginning for all of them it’s so different.. I think.. but. Not that’s the time! my school start at 12th july, and there are my first kiss at the 2nd grade with my lovely”usagi-kun” RITSU.. he was kissed me, on my forehead,lips, and.. I don’t know how I must tell it one by-one.. *blush’in and looked down*.. (kyaaaaaa..) >o< what the fact! I was cried on his besides, then he have to kiss me when my tears is still falls down. My mind so high, the shadows of the rainbow like as above my head with the air so smooth and gently. His lips wet and I saw if he’s fight to make me enjoyed with him. He’s tell me some joke, where it was make me fell better. He always fight to make me smiling again. Then that’s always succesfull with his joke,stories, and most of them is suggestion. I always open my heart gate for him, and perhaps only him. #lol

Selasa, 26 Juli 2011

~ kimi no yume~ [lyrics]

起こる最も悲しい事
さよならを言うとき叫んだこと時間はあった


私は単語がまだちょうど私の背部を回されてとばす記憶衰退しないのでそれを言うことができなかったし、


私がもう一度会うことができれば
私はその当時と私の感じを見分けたいと思う
孤独夜がある場合もあってもいかにあなたの夢を確かに来る本当あきらめてはいけない


あなたの熟視は遠方に見た常にようである
私は私が保護したいと思ったことに感じた


私達が互いを傷つけること日はとてもIにようである
覚えなさい多くを私が私達が互いを信じた事実ことを決して忘れていない、私の破損停止しない
私はまだ叫ぶことの後で会いたいと思う


私がもう一度会うことができれば
私はその当時と私の感じを見分けたいと思う
孤独夜がある場合もあってもいかにあなたの夢を確かに来る本当あきらめてはいけない


english




the saddest thing ever to happen
was the time that you cried when saying good bye


I could not say it as words and just turned my back
the bypassing memory still does not fade


if I can see you one more time
I want to tell you my feelings from back then
no matter how lonely a night can be, do not give up
your dream will surely come true


your gaze always seemed to look far away
I felt that I wanted to protect you


even the days that we hurt each other seem precious
I will never forget the fact that we believed in each other
the more I remember, my tears will not stop
I still want to see you after crying


if I can see you one more time
I want to tell you my feelings from back then
no matter how lonely a night can be, do not give up
your dream will surely come true

synopsist of two rabbits life's [promote debut]

Story Title : rabbit [the truth fact]
Author : Airie Hoshino 〚あいりえ〛
Pairings artist: white rabitXblack rabbit

Genre : Romance, Daily Life activity
Chapter : -0- (begining rabbit debut)
Rating : *****
Disclaimer : This story is originaly made in me. Actually, this is a my old fiction story. So~ please DON’T rabbing unless if u’re not have my permit! There, u can follow and givin’ me a comment, suggestion, some Que and whatever u may for my next better story. Sankyuu before ^^
Author prologue: I have this a story idea when i was saw my rabbit strap at my cellphones
yea, hope u’ll be enjoyin’ this and givin’ a rate for this (un)important story..
Let’s check this out, reader! :D


intermezzo : ~~ mungkin, khdpn ai cdikit mirip sprti seekor kelinci putih kecil bersyal merah yg menyedihkan..

***********************************************************************

Ketika itu hiduplaa, seekor kelinci putih bersyal merah dan pasangannya seekor kelinci hitam bersyal biru. Mereka hidup d sebuah gubuk permai d pinggir danau hutan..
Pada, suatu hari terjadi persilangan pendapat dan menyebabkan sang kelinci hitam bersyal biru memutuskan untuk pergi..
Sang kelinci putih tdk bisa berbuat apapun.. Sepanjang malam, sepanjang hari ia hny menangis.. Sampai suatu ktika ia membuka lemari makanan dan melihat sebuah apel segar milik si kelinci hitam.. Muncul fikiran d benak kelinci putih bahwa ia harus mencari sang kelinci hitam krn, sudah hampir 7 hari ia tdk pulang ke rumah. Hal bodoh yg d lakukan untuk menyusul sang hitam. Smua karena, si putih khawatir akan keadaan si hitam.. Si kelinci putih sangat mencintai pasangannya itu. Ia tdk tahu kmna arah sang hitam pergi. Akhir'na ia nekat sendirian berjalan k sebuah hutan berbekal sebuah apel merah milik kelinci hitam bersyal biru. Satu-satunya tujuan yg ada d fikirannya adalah menuju hutan seram yg sebelumnya tak pernah ia kunjungi. Tp, ia tak peduli. Ia tetap besemangat menelusuri. Iapun menuju sang hutan yg seram tsb. ia mulai mencari, tapi ia tak kunjung menemukan.. Sudah lama, ia berjalan, dan ia tak tahu harus berbuat apa lagi,sampai ia harus terbaring lelah.. ia tidak menyadari dgn bahaya besar yg ad d hutan itu.. sang hutan memanglah kejam.. ia mengutus seekor iblis serigala untuk mengacaunya.. saat itu semua terlambat..
Sang kelinci hitam bersyal biru datang. Ia melihat sang putih sudah tertidur pulas beselimut merah. Di genggamnya apel yg ad d tangan si putih untuknya. Ia menyadari kesalahannya,ia menyesal. Ia menangis tidak bisa melihat lagi tawa si putih yg mencerahkan hatinya. Ia sungguh hancur. Si hitam menangis memeluk si kelinci putih bersyal merah yg sudah tertidur untuk selamanya.. Tp, satu hal yg membuat hati si hitam sangat bersalah adalah wajah lelap si putih tersenyum ke arahnya dgn apel bersuratkan nama yg d tujukan kepadanya dgn penuh cinta,kasih, dan pengorbanan jiwanya hny untuk si hitam.. #end synopsis#

Selasa, 19 Juli 2011

a song by my ritsu-kun

Angin..
Yang berhembus lembut..
Membelai setiap helai rambutku..
Memberi ketenangan di hatiku..
Langit..
Begitu menghanyutkan
Begitu teneng di atas sana.
Begitu jauh, tak tersentuh..
Kulihat pelangi disana..
Penuh warna..
Begitu indah..
Kugoreskan kuas ke sebuah kanvas..
Kulukiskan impi-mimpiku..
Aku hanya seorang pemimpi.
Yang berharap dapat menggapai langit..
Berharap berjumpa seseorang disana.
Seseorang yang akan menerima keberadaanku..










Wind..
That blows gently..
Stroked every strand of hair
Giving peace in my heart
Sky..
once the sweep over
So peaceful up there.
So far untouched..
I see the rainbow in there..
Full of colours..
So beautiful..
I scratched a paintbrush to a canvas
I describe my dreams..
I’m just a dreamer.
Who hope to reach the sky
Hoping to meet someone there..
Someone who will accept my existence…

Selasa, 28 Juni 2011

Ai's Poem

Menatap langit dengan cahaya lembut yang menyelimutinya..
Warna biru yang teduh..
Menggambarkan suasana kesejukkan dan ketenangan yang abadi..
Andai aku bisa mendapatkannya..
I wanna to reach all of them..
The happiness.. and loveness..
Not the sadness and madness..
I am only can hopeless..
Wishes if I could have everything..
I saw the future sky..
Hearing it is to loud.. then the future is so brightness..
I would be to be in there..
With all my friends and all my sweetheart..
Together.. can make cleared all of trouble and problems..
Aku yakin..
Bersamamu.. bergandengan tangan..
Dengan erat dan percaya, kita melangkah..
Aku ingin mencapainya.. dengan penuh tekad..
Aku yakin bisa..
I am a not wisher.. I am a fighter..
I also want to fight.. together.. with you…
Within’ the angel take me..
Always with you..

rabbit

Story Title : rabbit life story
Author : Airie Hoshino 〚あいりえ〛
Pairings artist: RitsuXAi
Introduce:
~~Ritsuka kazama as Ritsu-kun
~~Airie hoshino as Ai-chan
Genre : Romance, Daily Life activity, a bit of comedy,many more u can find it on this story. Enjoy, please!^^
Chapter : 1/7
Rating : *****
Disclaimer : story ini di buat berdasarkan hasil imagine saia dan cerita ini adalah sepenuhnya hak cipta berada di tangan saia. This story is originaly made in me. Actually, this is a my old fiction story,(although, ada sebagian cerita berdasarkan pengalaman nyata saia sbg sang author :p ). So~ please DON’T rabbing unless if u’re not have my permit! There, u can follow and givin’ me a comment, suggestion, some Que and whatever u may for my next better story. Sankyuu before ^^
Author prologue: I have this a story idea when I was listened a song “FLY ME TO THE MOON, LOVELY DAY, EYES ON ME, WITHOUT WORDS, CAN YOU HEAR ME?, STILL AS EVER, NOTHIN’ GONNA CHANGE MY LOVE FOR U, and I PROMISE U” lol.. ahahaha..
yea, hope u’ll be enjoyin’ this and givin’ a rate for this (un)important story..
Let’s check this out, reader! :D




chapter 1 : under the rains...

I'm watching, riding the heavy rain
Your voice disappears into the sound of the rain
I looked at the sky that seemed to be crying
Seeming to be crying, you closed your eyes
How long will I be waiting?
A silver raindrop falls between the two of us

888888888888888888888888888888888888888888888888

Langit tampak mendung, angin bertiup tak ramah dan menggamburkan daun-daun kering yang tergeletak di tanah. Aku meraba sebuah kaca tipis dan ku hembuskan nafasku yang sesal. Aku duduk di pinggiran jendela di kamar. Lembaran kain gordeyn jendela berterbangan ke arahku terasa lembut beraturan menyentuh pipiku. Aku menatap lurus kedepan dan kemudian melongohkan wajahku ke arah langit yang mulai menggelap. Aku masih mengenakan sehelai pakaian tidur berwarna putih tipis dan mukaku pun masih pucat pasi. Memang kemarin aku sakit, tapi aku sudah terbiasa. Lagi pula, tidak ada yang peduli padaku. Aku hanya tinggal seorang diri di sebuah apartement mewah yang di tinggalkan oleh orang tuaku sebelum mereka pergi dengan kehidupan mereka. Aku menatap layar ponselku. Ku lihat beberapa sms menumpuk tapi aku malas untuk menjawab ataupun mempedulikannya. Aku bangkit dan duduk di sebuah kaca besar lalu, kurapikan rambutku. Aku berjalan menuruni tangga dan mengambil segelas anggur merah dari botol yang sudah tersedia di meja. Aku berjalan ke ruang depan dan kulihat serangkai bunga crissan putih kesukaan ibuku dalam vas putih segar , kini nampak layu tak terawat. Aku kembali masuk dalam kamarku. Aku menutup gordeyn dan ku tutup mukaku dengan bantal. Air mataku mulai mengalir. Entah mengapa aku mulai menangis. Dadaku sesak. Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
Tiba-tiba ponselku bergetar, tertera sebuah nama di layar. Saat ini aku sedang tidak ingin berbicara pada siapapun. Sudah 5 kali ponselku berdering tetapi aku tetap saja tidak mempedulikannya. Sampai 12 kali panggilan tak terjawab dan sampai pada akhirnya 3 buah e-mail masuk di ponselku. Tanganku tergerak penasaran. Segera saja ku sambar ponselku itu, dan kubaca satu persatu pesan yang di kirimkan ke nomerku secara runtut. Kata demi kata yang membentuk sebuah kalimat singkat. Sepertinya sang pengirim sedang khawatir terhadapku. Hal itu ku sadari dari kalimat-kalimat canggung yang tersusun di dalam pesan e-mail tersebut. Tiba-tiba bel berbunyi, mungkin ada tamu pikirku. Kulihat cermin untuk memastikan penampilanku tidak berantakan. Aku berjalan menuju pintu depan sambil merapikan rambutku.
Aku membuka pintu. Kulihat seseorang dengan postur tubuh tinggi tegap dan wajah yang tampak khawatir. Kak ritsu rupanya. Dia adalah pacarku. Dari raut wajahnya yang cemas, pucat dan berkeringat. Yea, mungkin dia menuju kemari dengan terburu-buru karena jelas terlihat dari nafasnya yang tersengal.
“Ai? Apa kamu baik-baik saja?! Aku sangat khawatir dengan kondisimu. Aku sudah meneleponmu berkali-kali tapi hanya pesan mailbox yang kudengar. Untuk itulah aku datang kemari.” katanya dengan nada suara yang agak bergetar.
“Ai, mukamu pucat. Apa kau sakit? Kau demam. “ tangan besarnya seketika meraba keningku.
“Ai, kenapa kau tidak member itahuku kalau kau sakit? Tanganmu sangat dingin.” Ia menggengam tanganku erat, kemudian memelukku dalam dekapannya. Aku diam dengan setetes air mata yang meleleh di pipiku.
Aku masih terdiam memandanginya tanpa sepatah katapun yang keluar dari tenggorokanku. Aku ingin sekali berbicara, tapi aku tidak bisa. Rasanya ada sesuatu benda yang menyumbat pita suaraku. Setelah itu, Ia membopohku masuk dan kamipun duduk di sofa ruang tengah. Aku menyandarkan kepalaku di kursi. Dia segera masuk kedapur untuk mengambil segelas air minum dan es untuk mengompresku.
Aku masih duduk di sofa menunggunya. Tak lama kemudian ia datang. Sebaskom es dengan handuk kecil basah berwarna biru muda dan secangkir susu hangat kesukaanku ia bawakan untukku. Kak Ritsu duduk tepat di sampingku. Handuk basahnya ia letakkan di atas dahiku, dan badanku di rebahkan ke pangkuannya. Aku memejamkan mata. Tak terasa air mataku kembali turun.
“kakak... maafkan ai ya..”akhirnya suaraku berhasil keluar walau sangat pelan.
“sudahlah,ai.. bukan salahmu. Kau hanya kacau hari ini. Kau sedang sakit. Sudah istirahat saja. Nanti aku akan menelepon tempat kerjamu untuk meminta ijin.”
“ta, tapii... kak....”
“sudah ai, tidak apa-apa. Kau sudah terlalu sering memaksakan dirimu. Aku tidak akan membiarkanmu tersiksa karena kau terlalu sering memforsir tubuhmu.” Katanya sambil mengelus kepalaku perlahan.
Aku terdiam membisu. Kepalaku sangat sakit. Rasanya benda di sekelilingku berputar. Aneh. Tetapi entah kenapa, rasanya kali ini benar-benar berbeda. Atmosfer di sekelilingku berubah menjadi tenang. Aku tidak lagi merasakan kegelisahan. Aku akhirnya tertidur di pangkuan kak ritsu. Ia masih terus merawatku. Kurasakan belaian tangan hangatnya menyentuh wajahku perlahan. Air dingin dari es membuat tubuhku gemetar. Kemudian ritsu menarik selimutku sampai dagu. Aku tahu dia sangat menyayangiku.
Jam demi jam berlalu. Aku masih terlelap. Sekilas aku merasakan sesuatu yang sangat lembut. Manis dan basah. Ia menciumku rupanya. Mataku terbuka sedikit walau masih terkantuk. Wajahku memerah bata. Aku terbangun dan bangkit dari pangkuanya. Aku kaget. Akupun bergegas pergi meninggalkannya. Aku berjalan terhuyung-huyung tanpa arah. Kurasa aku masih linglung. Aku berjalan menuju anak tangga. Tetapi, tiba-tiba semua menjadi gelap. Tanpa sadar aku telah terjatuh.
Aku tidak bisa melihat apapun di sini. Aku hanya bisa mendengar suara-suara yang samar.suara teriakan, teriakan yang panik. Tubuhku seperti diguncang dan di hempas ke suatu benda yang sangat tajam. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya aku semakin terhanyut oleh suasana yang asing dan gelap ini. Aku tenggelam ke dasar kegelapan tak berujung.
Di dalam bawah sadarku, aku melihat suatu cahaya yang sangat terang. Entah mengapa, kakiku langsung tertarik maju kearah cahaya itu. Aku tidak bisa menahan atmosfer dan kekuatan kakiku yang terus melangkah ke arah lubang misterius itu.
Saat terakhir aku melangkahkan kaki. Tiba-tiba tanganku ditarik untuk segera keluar dari tempat itu. Aku sempat melihat orang yang sanggup menyelamatkanku itu. Ia mengenakan jas toxedo warna putih yang terlihat sangat rapi dan mewah. Senyumannya tak akan pernah ku lupakan. Ia adalah orang yang sangat berharga di hatiku.
Kak RITSUU....

88888888888888888888888888888888888888888888888888888888

Aku terbangun dari tidurku. Mataku perlahan terbuka dan mulai memperhatikan kondisi sekitar. Aku masih belum bisa berfikir karena kepalaku rasanya sangat sakit. Aku mulai mencermati lingkungan ini. Tembok-tembok tinggi bercatkan warna abu-abu dan biru pucat menghiasi setiap sudut ruangan dengan ukuran 4x4 m tersebut. Sekilas tercium aroma obat dan desinfectan yang tersebar dimana-mana.
Tangan kiri ku angkat. Sebuah selang panjang berjarum menusuk kulitku. Aku juga meraba perih di keningku yang sepertinya di perban karena efek jatuh dari tangga. Kemudian, Aku menolehkan kepalaku kearah kanan. Seseorang sudah menemaniku di saat aku tidak sadar tadi.
Kakak..
‘apakah ia menemaniku sedari tadi?’ batinku.
Aku mengamati wajahnya seksama dan detail.
Wajahnya begitu nampak pucat bercampur lelah, khawatir dan cemas. Tetap ia setia menungguku sampai aku terbangun kini.
“dasar bodoh! pasti kau sangat lelah dan cemas padaku.”
Aku mengusap kepalanya. Aku membelai rambutnya yang halus,tebal dan lembut. Aroma shampoo yang ia kenakan tercium khas olehku. Aku tersenyum simpul.
“hey, bodoh! Kenapa kau menemaniku sampai larut begini? Kau khan capek. Lihatlah kau tidur sangat nyenyak. Dasarr.. anak aneh..“ gerutuku.
Wajahnya begitu polos, cerah, dan terasa damai ketika tidur.
Aku tertawa kecil. Lalu, kembali mengusap kepalanya. Sejak aku tidak sadarkan diri, dia terus memegang tangan kananku erat.
Aku mencoba untuk sedikit bangkit, walaupun tubuhku terasa sangat berat dan lemas. Aku dengan nakal mencium keningnya.
Tiba-tiba Ia tersentak bangun.
“ai???!!!!”
“kau sudah sadar? Syukurlah.. aku sangat mengkhawatirkanmu..”
“aku tidak apa.” Jawabku dengan sebuah simpul senyum kecil sebagai isyarat menandakan aku dalam keadaan baik kepadanya.
“kau ituu ai!! Selalu saja tidak mau membuat orang lain repot. Kenapa kau tidak menceritakan tentang kondisimu yang sebenarnya jauh hari?” pandangannya menatap tajam penuh ingin tahu. Ia Nampak ingin mendengar jawabku.
“maaf. Aku tidak bisa bercerita hal yang sebenarnya padamu. Aku tidak mau kau ikut menanggung dan merasakan penderitaanku.”aku berpaling. Rasanya aku sangat merasa bersalah untuk menatapnya. Gara-gara aku, dia jadi memikirkanku sampai seperti ini.
“justru kalau kau bercerita hal yang sebenarnya, aku jadi...............….” Kata-kata kak ritsu tiba-tiba terhenti.
“jadi?” aku menatapnya penasaran ingin tahu kata selanjutnya.
“aku jadi bisa menolongmu dan tidak melihatmu menderita seperti ini ai! A..aku sakit melihatmu begini! Aku tidak mau kehilanganmu! A..a..akuu…...........”
aku meletakkan tanganku di bibirnya, sebuah simpul senyum kuukir untuknya.
“kakak, sudahlah.. kakak tidak perlu menyalahkan diri kakak sendiri. Maafkanlah ai,kak. A,ai berjanji akan selalu di samping kakak. Selamanya... ”
Aku melihat kak ritsu menangis. Air matanya jatuh tepat di atas tanganku yang terus ia genggam sedari tadi. Tanganku yang satu mengusap kepalanya. Ia memelukku dan kubalas. Suasana kamar nomor 243 di sebuah rumah sakit di kota Osaka kala itu begitu sunyi. Hanya terlihat kibasan gordeyn tipis dan vas di sudut bingkai jendela yang berisi bunga daffodile putih yang menyegarkan ruangan kala itu. Semuanya seolah terdiam…

88888888888888888888888888888888888888888888888

Pagi itu, aku terbangun. Seorang perawat datang dengan mendorong sebuah trolley berisi obat-obatan dan alat pengukur tensi serta seorang dokter di sampingnya. Sudah 16 hari aku dirawat di rumah sakit ini. Seusai pemeriksaan dan melakukan prosedur-prosedur yang harus di jalankan pasien rawat inap. Aku mendengar derap langkah seseorang datang.
“maaf, aku terlambat ya?”katanya dengan napas separuh tersengal.
Rupanya kak ritsu yang datang dengan membawa tas belanja besar berisi makanan dan buah. Ia tampak tersengal karena berlari. Ia selalu datang tepat waktu dan tidak pernah mengecewakanku.
“ai! lihat apa ini yang ku bawa?ayo tebak?” kak ritsu tampak sibuk membuka tas ransel besarnya dan tersenyum jahil.
“ wahh, terima kasih” kataku senang. Kak ritsu sangat mengerti apa yang aku sukai. Dia membawakanku sebuah boneka beruang besar dari tasnya dan sebuah lolly choco candy.mataku berbinar melihat benda pemberian kakak itu.
“hmm, sayang.. boleh ai Tanya sesuatu?” pintaku.
“tentu saja. Ada apa, ai?” tanyanya menyambi duduk di kursi sebelah tempat tidurku, kemudian ia menggengam tanganku sambil tersenyum.
“kak, berapa lama ai harus di tempat ini? Apa yang terjadi pada ai? Tolong ceritalah..”
Ia terdiam. Mukanya memucat dan iapun melepaskan genggaman tangannya dariku. Tersirat kesedihan di wajahnya, jelas.
“kak, apa yang..? ada apa sebenarnya?” tanyaku.
“ai.. akuu…. “
“apa? Apa? Ai tidak mengerti? Kakak kumohon ceritakanlah..” aku menatapnya dengan pandangan penuh harap.
“ai.. maafkan aku.. aku tidak bisa.. memberitahumu..” ia memalingkan wajahnya dariku.
Aku menundukkan wajahku sedih, memang aku kecewa mendengarnya. Tapi, aku berusaha mengerti posisinya. Ia pasti menginginkan yang terbaik bagiku. Aku membentuk sedikit simpul senyum yang agak terpaksa untuk menenangkan kak ritsu.
“tidak apa, kak. Ai mengerti kok..” jawabku.
“ai, tadi dokter memberi tahu kabar gembira. Jika keadaanmu terus mengalami kemajuan lusa kau boleh pulang.”
“ya” jawabku.
KLEEKK!!!! KRIEETTT…
Terdengar seseorang akan memasuki kamarku.
“sumimasen… ojama shimasu! Apa benar ini kamar no 243?”
“aaa… tomoyo! Wah, silahkan masuk! “ sahutku.
“hey! Ai-chan.. bagaimana keadaanmu? Apa kau merasa lebih baik?” Tanya tomoyo basa-basi sambil menaruh sebuah parsel buah di meja sebelah kananku.
“yahh, lusa aku sudah di perbolehkan pulang.”
“fiuh~, syukurlah,ai..” sahut tomoyo tersenyum menghela nafas.
Kemudian pandangan tomoyo tertuju pada kak ritsu yang kehadirannya masih terasa asing baginya.
“ahh, oh, iya.. kenalkan, tomoyo ini ritsu kazama, ritsu ini tomoyo akaneina.. “ kataku
“salam kenal, mohon bamtuannya ya..” keduanya saling bersahutan dan memberi salam.
“ahh, ai-chan. Maaf ya. Aku tidak bisa terlalu lama disini. Aku ada janji dengan seseorang.” Kata tomoyo setelah melihat jam arloji tangan mungil casionya dengan terburu-buru.
“baiklah, silahkan. Terima kasih banyak ya atas kunjungan dan bingkisanya.” Ucapku basa-basi.
“sama-sama, ai. Kudoakan kau lekas sembuh ya.. aku pamit dulu.. sampai jumpa.. dagh~” kata tomoyo sambil mengucap salam berpisah dan cipika-cipiki padaku. Sesaat sebelum ia pergi, aku sempat melihatnya membisikkan suatu hal pada kak ritsu dan kemudian ia merapikan penampilannya dan berpamitan denganku.
tak lama setelah tomoyo tak menunjukan aura kehadirannya. Rasaku yang mulai penasaran mendorongku untuk menanyakannya pada Ritsu.
“kakak… boleh ai bertanya?”
“tentu, ada apa sayang?”
“uhmm.. apa ai boleh tahu apa yang menjadi pembicaraan kalian berdua tadi? Ai penasaran. Kalian tadi tampak membicarakan sesuatu hal yang serius.”
Ahahahahaa~
Tawa kak ritsu meledak dan akupun menunjukkan ekspresi kebinggungan .
“hmm.. tidak apa-apa kok,sayang. Tomoyo hanya mengatakan kalau kau bertambah gendut dari yang sebelumnya.” Ucapnya sambil tertawa cekikikan mengejek, lalu ia membelai kepalaku halus.
“ahhhh.. dasar bodoh! Kakak menyebalkan! huh!” gerutuku layaknya anak TK yang sedang kesal.
Ahahahahahahahahaaaa~
Tawa ritsu semakin kencang dan membahana di seluruh ruangan kamar sampai ketika ada seorang perawat yang kebetulan lewat dan menasehati ritsu karena ia terlalu berisik. Ritsu hanya tertunduk malu dengan muka yang merah seperti buah stroberri. Sedangkan aku, tertawa cekikikan mengamati polahnya yang semakin salah tingkah.


chapter 2: inside..

Thursday, january 25
At 05.00 a.m.
International Hospital, Osaka.

Pukul 05.00, aku sudah terbangun dgn pakaian yang sudah kukemas rapi untuk bersiap pulang. Kak ritsu akan datang sebentar lagi. Akupun duduk di samping jendela kamar sembari menikmati pemandangan matahari terbit di ufuk timur. Warna rona merah, jingga orange dan soft blue bergradasi di iringi hembusan lembut yang mengalun perlahan membawa oksigen yang masuk begitu saja ke paru-paruku. Memang oksigen di pagi hari lebih bagus dari pada oksigen sintetis rumah sakit yang biasa kuhirup.
Tak lama, kak ritsu datang dan membantuku membawa koper berisi pakaian ke mobilnya. Rupanya sebelum ia kemari, ia harus menyelesaikan segala administrasi dan prosedur akhir sebelum keluar dari rumah sakit. Terlihat dari raut wajahnya yang nampak lelah.
Sampai di lobby rumah sakit, ia menyuruhku untuk duduk. sementara ia menggambil obat di apotek rumah sakit dan ia kembali lalu mengajakku masuk ke mobilnya.
“kak ritsu?”
“ya, ai…?” rabanya ke pipiku.
“hmm, aku.. “
“ai? Kau lapar? Mau makan sesuatu? Kita akan berhenti di café depan.”
“ee.. I,iya..”
Akhirnya, kami berhenti di sebuah café kecil yang terletak di ujung sebuah kawasan areal pertokoan yang tak begitu ramai. Kalan itu, hujan memang. Aku dan ritsu mengenakan sebuah payung besar berwarna kuning cerah. Hawanya begitu dingin, kurapatkan jaket sweaterku erat dan kurasakan bibirku bergertar mengigil dan kami mempercepat langkah agar kami tidak basah kuyup. Sesampainya di pinggir café, kak ritsupun mengatupkan payungnya dan membenarkan jampernya. Sementara, aku sibuk mengibaskan pinggiran rokku yang sedikit basah. Sebelum masuk, aku sempat melihat suasana café melalui etalase café. Rasanya di dalam sana tenang. Kamipun tak mau berlama-lama di luar dan segera masuk.
Sesampainya , di dalam suasana tenang dan hangat terasa. Seorang pelayan tua yang ramah menyambut kami dengan senyumnya membawa sebuah nampan perak kecil yang berisi menu dan dua buah handuk kecil kering untuk kami karena kami begitu basah. Kami duduk di deretan no 5 pinggir jendela. Dari situ kami dapat menjangkau pandangan kami ke seluruh ruangan dan juga dapat menikmati pemandangan di luar café yang kala itu sedang hujan. Alunan music jazz mengalun lembut membawa kami terhanyut dalam suasana yang begitu romantic. Pengunjung di sini tidak begitu padat, sehingga suasananya tampak lenggang. Biasanya setiap akhir pekan di ujung sana ada seorang pianist yang memainkan beberapa lagu instrumental terkenal.
“ai..” sapanya memulai percakapan.
“ya. Ada apa?”
“hmm, apa pendapatmu mengenai tempat ini?”
“tempat ini begitu simple, sederhana, hangat dan kurasa tempat ini menarik. Uhm, apa kau mau menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat favorit kita berdua?” ucapku.
“yea, itu ide yang bagus.” Sahutnya.
“hmm, kau ingin pesan apa?” tanyaku.
“aku ingin segelas coffeelatte panas saja. Kau, ai-chan?”
“aku ingin hot Chocolate. ” setelah selesai melihat menu, akupun melambaikan tanganku untuk memanggil pelayan tersebut.
“baiklah, tuan dan nona. Apa ada ingin anda pesan lagi? Kami punya beberapa menu refrensi makanan hangat untuk anda berdua yang sedang kedinginan.” Sapa ramah sang pelayan.
“apa saja menu yang di jadikan refrensi tersebut?” Tanya ritsu.
Sang pelayanpun kembali menyodorkan papan berisi menu dan mulai menunjuk menu-menu yang sekiranya cocok sebagai hidangan untuk kami. Ritsupun tak lupa memilihkanku satu menu yang sesuai dengan kondisiku yang habis sakit.
“baik, tuan dan nona. Harap menunggu hidangan sekitar 15 menit. Terima kasih sudah memesan menu yang kami tawarkan.“ sahut sang pelayan dengan senyumannya yang ramah, kemudian iapun berlalu. Kami kembali melanjutkan perbincangan kami berdua. Sampai tak terasa pesanan kami pun sudah datang. Tanpa pikir panjang kami segera menyantap hidangan hangat dan tampak lezat yang terhidang di depan kami. Aku merasakan sesuatu rasa yang berbeda, benar-benar berbeda dari cita rasa masakan restoran lain. Walaupun, aku sudah berkali-kali menikmati hidangan di berbagai restoran yang ada di kota. Tetapi, kali ini rasa yang tersaji di lidahku benar- benar unik dan surprise. Seakan-akan restoran ini mempunyai ciri khas cita rasa tersendiri bagi lidah pengunjung yang mencicipinya.
“hmm, sepertinya kita tidak salah memilih restoran ini sebagai tempat favorit kita.” Kataku.
"yea.. kau benar.. "gumam ritsu.
"hmm, apa kita bisa pulang sekarang?" tanyaku pada ritsu.
"tentu." sahutnya sambil tersenyum ringan padaku.
lalu, iapun segera meminta BON pada pelayan tersebut dan mengeluarkan credit cardnya untuk melakukan transaksi pembayaran.
aku berjalan menuju pintu sembari melihat ke arah etalase untuk memastikan hujan sudah reda di luar sana.
"hei, ai-chan. apa yang sedang kau lihat? wah, hujan nampaknya sudah berhenti. ayo, kita lekas pulang."
"ya. ayo kita pulang." ajakku riang melepas senyum kearahnya.
kamipun tak melepaskan lekatan tangan kami yang mendinggin dan berjalan hingga tiba tepat di samping pintu mobil.
Namun, beberapa saat sebelum masuk ke dalam mobil, kami sempat saling menadahkan kepala kami dan melihat betapa cerahnya langit yang di penuhi gugusan bintang yang indah membingkai langit kala itu.
****